Batik Jumputan

Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tahap pertama tugas kami serta dapat memberi sedikit ilmu kepada teman-teman pembaca. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya dalam kebaikan. Sehingga kami dapat menyeleaikan tugas kelompok tepat pada waktunya. 
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas kelompok ini tapi dengan semangat dan kegigihan, kami mampu menyelesaikan tugas kelompok  ini dengan baik.
Terima kasih kepada teman-teman satu kelompok  atas kerja sama dan partisipasinya dalam menyelesaikan  tugas kelompok ini, tanpa kerja samanya mungkin tugas ini tidak akan selesai dengan tepat waktu.

Batik Jumputan
Batik jumputan adalah jenis batik yang dikerjakan dengan teknik ikat celup untuk menciptakan gradasi warna yang menarik. Tidak ditulis dengan malam seperti kain batik pada umumnya, kain akan diikat lalu dicelupkan ke dalam warna. Teknik celup rintang, yakni menggunakan tali untuk menghalangi bagian tertentu pada kain agar tidak menyerap warna sehingga terbentuklah sebuah motif.
Sejarahnya, teknik jumputan yang berasal dari negeri tirai bambu ini dibawa oleh para saudagar India. Karena keragaman warna dan motif yang indah, maka teknik ini pun berkembang di nusantara. Di Indonesia, batik jumputan biasa diproduksi oleh beberapa daerah tertentu seperti Yogyakarta, Solo, Palembang, Pekalongan, dan Bali di mana masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri pada motifnya.
Meski hanya memakai teknik celup, namun dengan kreasi dan proses pewarnaan yang dilakukan oleh pengrajin, maka hasil akhir yang didapat pun motif yang berbeda-beda, berwarna-warni, dan indah. Belum lagi, jumputan, atau yang juga dikenal dengan sebutan tie dye, sedang menjadi tren. 
Di Indonesia, masyarakat banyak mengenal dengan berbagai sebutan untuk teknik pewarnaan ala tiedye ini. Di Palembang, masyarakatnya menyebut kain ini dengan istilah Pelangi, sedangkan di Jawa, orang menyebutnya Tritik. Lain lagi dengan Saudara kita di Banjarmasin, yang menyebut nya Sasirangan. Dan over all, kebanyakan masyarakat kita menyebutnya dengan Jumputan atau Ikat.
Kelebihan dari batik jumputan ini yaitu proses pembuatan yang lebih mudah dan biaya lebih merah jika dibandingkan Batik biasa yang memakai teknik Batik. Ketika membatik, bagian yang tertutup oleh malam (lilin) waktu dicelupkan ke dalam bahan warna tidak akan terkena warna. Nah, sedangkan di proses jumputan, fungsi malam atau lilin diganti dengan ikatan tali pada kain sebelum dicelupkan.
Dalam proses pewarnaan batik jumputan, jaman dahulu zat pewarna yang digunakan berasal dari alam. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi zat pewarna alami mulai di tinggalkan hal ini terjadi terutama karena pewarna sintesis memiliki jumlah warna yang hampir tak terbatas, disamping itu juga, proses pewarnaan alam juga lebih rumit pewarna sintesias. Meskipun demikian, keduanya memiliki keunggulan masing-masing.

Ada dua teknik membuat batik jumputan,
1.     Teknik ikat Teknik ikatan adalah teknik dengan cara ikatatan, artinya median yang diikat akan menimbulkan motif, cara mengikatnya harus kencang supaya pada saat dicelup tidak terkena warna, sehingga setelah ikatannya dilepas akan terbentuk gambarnya, teknik iket ini dilakukan dengan memegang permukaan kain dengan ujung jari, lalu permukaan kain itu di ikat dengan jelas baik denagn ikatan tunggal maupun jamak. Cara mengikatnya beragam, ada ikatan datar, miring, dan kombinasi adapun teknik lipat dan gulung. 
2.     Teknik jahitan
Teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu lalu dijahit dengan menggunakan tusuk jelujur pada garis warnanya dengan menggunakan banang, lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin. 
Pada waktu dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke kain, benang yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat      seperti benang plastik / sintesis, benang jins, atau benang sepatu. 

Bahan-bahan yang dibutuhkan :
  1. Kain katun/sutra berwarna putih polos
  2. Garam dan cuka secukupnya
  3. Air
  4. Pewarna
Alat Yang digunakan :
  1. Kompor
  2. Gundu, Uang Koin, Batu, dll
  3. Karet
  4. Panci
  5. Sumpit
  6. Ember
Cara Membbuat :
  1. Bentuk/desain motif dengan mengikat kelereng, uang koin, atau batu pada beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan bervariatif, bisa juga dengan teknik menjahit motif yang sebelumnya kita gambar terlebih dahulu
  2. Rebus air menggunakan panci hingga mendidih
  3. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu kemasan wantex
  4. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan mengaduk larutan hingga merata
  5. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih
  6. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna, celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
  7. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat
  8. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan sebagian pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum terkena warna pada cairan pewarna lainnya.
  9. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki
  10. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas menggunakan air dingin yang bersih
  11. Kemudian tiris dan keringkan. Setelah kering, buka ikatannya
  12. Lalu, rapikan dan setrika agar motif pada kain tertera jelas 
Penutup :
Terima Kasih Atas Waktunya, mohon maaf bila ada kesalahan.

- Harap komentar sesuai dengan isi pos dan bahasan
- Harap gunakan kata-kata yang sopan dan tidak memancing emosi
- Harap untuk tidak berbuat onar dan rusuh